Atasi mogok sekolah dengan menumbuhkan rasa senang berada di lingkungan sekolah


Oleh.
Santi Hartini, S.T.
Guru SMPN 5 Majalengka



Masa sekolah adalah masa dimana setiap anak merasakan lingkungan pendidikannya sesuai dengan tahapan usia dan tingkatan pembelajarannya. Banyak ahli psikologi anak dan ahli pendidikan menyatakan berbagai teori hasil penelitiannya tentang idealnya usia anak sekolah, kenapa hal tersebut perlu dan penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, salah satunya adalah karena sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak yang akan terbentuk.



Usia TK menurut UU Permendiknas no 146 adalah minimal 4 tahun. Tetapi banyak orang tua yang mulai menyekolahkan anaknya pada usia di bawah 4 tahun dengan berbagai pertimbangan, contoh alasannya adalah ingin mulai mengembangkan kemampuan berkomunikasi, agar belajar bersosialisasi dengan orang dewasa dan teman sebaya, kemudian untuk meningkatkan kemampuan motorik agar berkembang baik. Sebetulnya hal tersebut janganlah terlalu dipaksakan oleh orang tua karena kondisi fisik dan psikologi anak yang tidak sama walaupun usia mereka sama. Tentunya perbedaan tersebut dapat dilatarbelakangi oleh genetika, kondisi keluarga, faktor ekonomi dan lingkungan tempat tinggalnya.

Alangkah lebih baik kita kenali betul-betul anak kita dari berbagai bidang dalam dirinya agar tidak salah mengambil langkah, kemudian setelah mempelajari karakter anak sedini mungkin kemudian lakukan uji coba di lapangan atau di lingkungan sekolahnya agar terlihat dampak seperti apa yang terjadi, negatif atau positifnya terhadap anak tersebut.

Pendidikan usia dini merupakan suatu hal yang penting karena merupakan langkah awal dan akan membekas kemudian mempengaruhi ke jenjang pendidikan formal selanjutnya. Pendampingan orang tua memegang peranan paling besar karena tingkat konsentrasi anak untuk belajar dibawah usia 5 tahun masih sangat minim, sehingga sisa waktu kesehariannya akan banyak di habiskan bersama orang tua.



Tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan kendala anak mogok sekolah, terutama pada tingkatan usia dini. Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari ketidaksesuaian institusi belajar dengan karakter anak tersebut, lalu bagaimana solusi nya? Ada beberapa hal yang mungkin dapat dicoba untuk diterapkan yaitu dengan mengkomunikasikan hal apa yang membuatnya malas bersekolah kemudian sesuaikan dengan keinginannya akan tetapi tanpa melanggar peraturan-peraturan yang harus dia taati ketika berada di lingkungan sekolah, kemudian dengan membuat anak menyukai lingkungan sekolahnya, teman-temannya, suasananya, tentunya harus didiskusikan dengan jajaran pengajar di sekolqh tersebut agar dapat membangun suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.



Tak sedikit pula aksi mogok sekolah ini terjadi pada tingkatan pendidikan yang lebih tinggi seperti SD (sekolah dasar) dan SMP (sekolah menengah pertama), pada tingkatan ini akan ditemukan permasalahan yang lebih kompleks, akan ditemukan berbagai aspek penyebab yang tidak mudah diselesaikan selayaknya pada pendidikan anak usia dini atau taman kanak-kanak. Kompleksitas yang terjadi diiringi dengan perkembangan psikologi anak menuju tahap remaja awal dimana emosi dan ego diri lebih mendominasi.

Akan fatal dampaknya apabila anak mogok sekolah pada tahap tersebut karena tahap tersebut adalah tahapan dimana telah memasuki wajib belajar. Sehingga pendekatan secara psikologi menjadi sangat penting, cara mengendalikan emosi dan mengolah ego dirinya tanpa menurunkan percaya dirinya. Tanamkan bahwa pentingnya sekolah ditahap tersebut, kemudian sampaikan pula bahwa masa-masa sekolah tidak dapat terulang kembali seperti bercengkrama dengan teman sebaya menikmati indahnya liku-liku berangkat sekolah, belajar dikelas, berolahraga bersama, mengerjakan tugas dan banyak lagi kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah.
Karena merasa senang di lingkungan sekolah ternyata sangat mendominasi semangat anak untuk bersekolah.



Menuntut ilmu pada lembaga pendidikan formal adalah bukan semata-mata belajar dari tidak bisa menjadi bisa atau dari tidak tahu menjadi tahu, melainkan pembentukan karakter dan penguatan logika berpikir. Karena nilai Akademis hanya berupa angka atau huruf yang dapat berubah fluktuatif setiap saat akan tetapi pembentukan karakter diri yang baik secara moral akan menentukan setiap langkah yang mereka ambil. Pandai dan memiliki karakter yang baik adalah tujuan pembelajaran seutuhnya.


https://www.kompasiana.com/santihartini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modul 2.2.a.5 Ruang Kolaborasi Pembelajaran Sosial dan Emosional Pendidikan Guru Penggerak

Modul 2.3.a.5 Coaching - Ruang kolaborasi