RESISTENSI DULU BARU PRESTASI



Oleh
Santi Hartini, S.T.
GURU TIK


(Pada peserta didik tingkat pendidikan dasar) 

Indonesia sudah menggalakan wajib belajar 9 tahun sejak lama, bahkan sedang dirintis untuk melaksanakan wajib belajar 12 tahun sampai ke tingkat menengan atas. Hal tersebut dimaksudkan agar anak didik akan memiliki berbagai kemampuan untuk berfikir logis, berkarakter mulia, dapat menganalisis, sampai penerapan terhadap suatu bidang serta dapat memecahkan masalah yang kemudian akan menentukan solusi terbaik seperti apa. 

Wajib belajar 9 tahun dirasa masih kurang cukup untuk menghasilkan anak didik yang siap kerja, hal tersebut juga erat kaitannya dengan usia di lulusan wajib belajar 9 tahun yang berkisar sekitar 15 sampai dengan 17 tahun. Dimana anak di usia tersebut belum memiliki tingkat kematangan berpikir yang baik dan juga manajemen emosi secara psokologi pun belum tertata dengan rapi. Sehingga apabila memasuki dunia kerja pun mereka belum siap. Dengan mulai diterapkannya wajib belajar 12 tahun diharapkan lulusannya siap memasuki dunia kerja dan menjadwalkan pekerjaannya mulai dari daily, weekly dan monthly, pencapaian target ataupun strategi yang akan diterapkan pada perkerjaan sesuai bidangnya. Dengan usia yang sudah mulai dewasa wajib belajar 12 tahun yaitu sekitar 16 sampai dengan 18 tahun maka secara perkembangan psikologinya, hormonalnya dan perilaku sudah berbeda, akan lebih siap dan lebih memikirkan dampak positif dan negatif yang mungkin timbul. 

Selain tingkatan belajar dan usia adapula hal yang perlu diperhatikan yaitu perkembangan karakter diri dan perilaku sopan santun yang membekali dirinya. Semakin berkembang teknologi digital tidak menjamin semakin baik pula karakter dan perilaku anak didik terutama di tingkat pendidikan dasar, karena masih mudah terbawa hal hal baru dan tingkat ingin tahu yang tinggi yang jarang memikirkan dampak apa saja yang mungkin terjadi terutama dampak yang negatif. Hal baru dan dianggap populer dikalangannya adalah menjadi sesuatu yang lebih menarik untuk diikuti demi mendapat pengakuan dari komunitas tertentu. Sehingga membuat mereka tidak resisten terhadap lingkungannya karena belum memiliki pendirian yang baik. 

Kemudian selain dampak dari external yaitu lingkungan luar keluarga, maka keluarga itu sendiri memiliki peranan yang sangat penting dan utama. Sementara dampak lingkungan sekitar semakin beraneka ragam diluar sana masih banyak orang tua yang over protective dan perfectionis dalam mendidik anaknya, sehingga lebih memprioritaskan terhadap popularitas anak, pemenuhan kebutuhan anak, dan pencapaian prestasi disekolahnya Para orang tua berlomba-lomba untuk menjadikan anak mereka adalah anak yang berhasil dengan berpatokan kepada nilai akademik dan pencapaian prestasi lain yang bergengsi. Dengan cara yang beragam pula, contohnya adalah anak yang terbiasa berlindung dan mengadu terhadap orang tuanya mengenai segala sesuatu yang tidak berpihak kepadanya dan tanpa pikir panjang orang tua tersebut membela anak mereka masing tanpa menelusuri dahulu kejadian yanh sebenarnya seperti apa. 

Contoh lainnya adalah anak jadi seenaknya terhadap orang tuanya dengan merengek meminta segala sesutu,selain itu juga para orang tua tidak berani menyalahkan anaknya. Orang tua yang dimaksud adalah bukan hanya orang tua kandung yang melahirkan kita tapi juga orang yang menemani kehidupan sehari-hari. Maka dengan sikap orang tua yang terlalu memanjakan anak anaknya sehingga anaknya tersebut menjadi tidak resisten atau tidak bisa bertahan dalam keseharian yang tidak semuanya sesuai dengan keinginannya secara tidak sadar mengajarkan terhadap anak untuk tidak mandiri dan malah semakin tergantung terhadap orang tua. Tanpa perlindungan dan pemenuhan kebutuhan dari orang tua maka si anak didik ini akan merasa bingung, ketakutan dan kurang percaya diri.

 Kemudian dalam bersosialisasi antar individu nya pun kurang dapat menyesuaikan diri dan cenderung menyendiri. Sehingga prestasi yang diraih anak didik bukan prestasi yang berdampak panjang pada kehidupan nya kelak. Karena prestasi hanya berupa nilai dan reward adalah prestasi yang dapat diusahakan untuk diraih dan dibanggakan, akan tetapi resistensi anak didik terhadap dunia luar yang sesungguhnya adalah modal yang lebih penting lagi dalam mendasari kehidupan mereka meniti dan menata kehidupannya di masa depan, apabila pribadi anaknya resisten atau tahan terhadap segala pengaruh buruk maka dia bisa memilah mana hal yang dapat memotivasinya dalam meraih prestasi dan mana hal yang justru akan menghambat dan merusaknya. 

 Kenapa resistensi lebih utama dalam pencapaian pendidikan? Karena justru anak yang resisten ditemukan lebih fokus dalam mengerjakan pelajaran dan nilai cenderung membaik dan semakin baik. Mereka yang resisten bisa mengembangkan pembelajaran dan meningkatkan kreativitas. Maka akan menjadi percuma apabila tingkat prestasi yang baik tapi tidak disertai resistensi dirinya terhadap lingkungan sekitar, krena anak tersebut sangat bergantung terhadap peran orang tuanya. Sementara yang resistensinya sudah baik anak bisa bertahan dengan segala kondisi mulai dari bullying sampai kepada kontak fisik, maka mereka akan dapat mengatasinya dengan berbagai solusi yang sudah mereka pikirkan, dan pada akhirnya peran orang tua untuk meningkatkan prestasi anak didik tersebut setelah resistensinya tercapai dengan baik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modul 2.2.a.5 Ruang Kolaborasi Pembelajaran Sosial dan Emosional Pendidikan Guru Penggerak

Modul 2.3.a.5 Coaching - Ruang kolaborasi