Sepatunya mahal, tapi sayang ...diinjak juga

Cerpen fiksi
Oleh 
Santi Hartini



Selamat pagi untuk sepasang mata yang setia membuka kelopaknya untuk terbangun dan berusaha memberikan semangat agar stamina hari ini selalu terisi energi.

Ini hari selasa masih sama seperti selasa kemarin dan kemarinnya lagi masih namanya selasa. Dan selasa kali ini entah berapa centimeter rambut ini bertambah panjang, karena ketika disisir telingaku ikut rapi terkena sisir.

Halo telinga apakah masih bisa mendengar suara ini dengan baik? Agar tidak menjadi salah arti ketika telinga mendengar pengucapan kata per kata yang kurang jelas, membuat mood hati pun menjadi tak menentu saat mendengar berita yang belum tentu benar adanya.

Di depan cermin persegi panjang yang sepertinya ukurannya masih sama sekitar 30 cm x 50 cm jari jemari dengan kompak meluruskan kancing baju. Semoga kalian selalu dapat saling bekerja sama.

Dan hari ini rasa apa yang ingin kamu kecap wahai mulut, lidah dan seluruh rongga didalamnya? Apakah tidak apa-apa kalau rasa sedikit pedas bermain-main didalamnya? Karena sudah terlanjur tangan ini mengambil sambal kedalam semangkok bubur hangat.

Cepatlah satu dua sendok cukup menghangatkan perut yang serasa membeku karena suhu dingin di pagi hari. Setelah ini semoga teh manis hangat ikut mengalir memenuhi perut.

Terasa sedikit ketat ketika sabuk dipinggang dikencangkan, mungkin karena perut ini penuh terisi atau memang grafik bobot tubuh semakin naik. Tak apa asalkan sepasang kaki tidak mengeluh untuk menopang semuanya melewati hari demi hari sampai ketemu di hari selasa kembali.

Layaklah sepasang kaki untuk mendapakan perlakuan yang istimewa dengan membelikannya sepasang sepatu agar nyaman melangkah. Memilihkannya ukuran, bahan dan dimensi yang sesuai agar terjaga, dan semua kenyamanan itu akan berbanding lurus dengan harga yang disandangnya. Untuknya tak apa.

Terima kasih untuk otak atas semua celotehnya, karena otak ini sendiri yang ingin berterima kasih. Walaupun sering tersirat didalamnya tentang sepatu yang harganya sangat mahal tapi tetap diinjak-injak juga pada akhirnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modul 2.2.a.5 Ruang Kolaborasi Pembelajaran Sosial dan Emosional Pendidikan Guru Penggerak

Modul 2.3.a.5 Coaching - Ruang kolaborasi