Pendidikan Guru Penggerak
Modul 1.1.A Refleksi
Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara
Tugas
Modul 1.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Salam dan bahagia, untuk
seluruh Calon Guru Penggerak seluruh Indonesia (angkatan 1 dan angkatan 2).
Setelah 2 minggu lebih saya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dan sudah
banyak yang saya dapatkan dari kegiatan tersebut, mulai dari pengalaman baru,
rekan sesama guru dari berbagai jenjang (TK, SD, SMP, SMA), rekan Guru Praktik
dan Fasilitator yang membagi pengalaman dan membimbing sampai tuntas Pendidikan
Guru Penggerak ini. Dari berbagai segmen kegiatan yaitu lokakarya perdana
sebagai tahapan pengenalan diri dan materi kemudian dilanjutkan kegiatan daring
yaitu ruang kolaborasi, refleksi terbimbing, demonstrasi kontekstual dan
elaborasi pemahaman. Dari serangkaian kegiatan tersebut saya dapat menarik
beberapa intisari dari Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara.
Dari pemikiran tentang pendidikan yang di cetuskan oleh Ki
Hadjar Dewantara yang terdiri dari beberapa dasar pemikirannya yaitu :
1. Menuntun kodrat anak dalam mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya agar memperbaiki lakunya
tetapi bukan dasarnya. Terdiri dari kodrat alam dan kodrat jaman yang
betul-betul harus dikenali oleh seorang guru agar anak didiknya terarahkan
dengan baik dan sesuai. Kodrat alam yaitu dari latar belakang keluarga dan
lingkungan tempat anak tersebut bertumbuh. Sedangkan kodrat jaman adalah
berkembangannya dari waktu ke waktu sehingga anak siap dalam mengalami
perubahan jaman sesuai kemampuannya.
2. Kemudian Ki Hadjar Dewantara pun
mengibaratkan seorang guru itu seperti tukang kebun kehidupan atau petani yang bertugas
menciptakan ekosistem , dan menyediakan alat dan bahan ( mengolah, memelihara, member
pupuk, membasmi hama), sehingga sekalipun bibit yang ditanam kurang baik akan
tetapi dengan bimbingan yang penuh dan baik maka akan tumbuh dengan baik pula, dan
Untuk diingat bahwa seorang petani tidak bisa mengubah padi menjadi jagung atau
sebaliknya, sehingga dalam merawat suatu tanaman maka disesuaikan dengan
kebutuhan pertumbuhan tanaman itu sendiri.
3. Memiliki budi pekerti, yaitu
cipta yang memiliki arti pikiran, karsa yaitu memiliki perasaan, dan karya, dimana
anak dilatih untuk berempati dan keseimbangan sehingga dari unsure budi pekerti
tersebut dapat mencapai keselarasan hidup.
4. Bermain pada anak adalah tuntutan
jiwa anak untuk ke arah kemajuan hidup jasmani dan rohani, sehingga membuat
anak bahagia. Karena dengan rasa bahagia yang dimiliki maka anak akan lebih
kreatif dan memunculkan ide-idenya lebih bebas lagi, akan tetapi tetap beretika
sesuai arahan dan bimbingan dari gurunya.
5. Pendidikan yang berpihak kepada
anak (menghamba pada anak) dengan semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya
dengan cinta kasih tidak terbatas. Yaitu dengan selalu dekat dengan anak dan
mendengarkan keluh kesah anak dengan sabar dan ikhlas, memberikan anak
kesempatan Untuk berpendapat ataupun memberi masukan, sehingga tercipta
komunikasi yang baik dan tidak searah.
Sebenarnya dalam 10 tahun saya
mengabdi sebagai seorang guru di SMP Negeri 5 Majalengka ini saya sudah
menerapkan metode tersebut walaupun belum menyeluruh sesuai dengan pemikiran Ki
Hadjar Dewantara tersebut, akan tetapi pada poin menghamba kepada anak dan
membuat anak bahagia itu sudah sering bahkan selalu saya terapkan pada
pembelajaran di sekolah. Dan memang terbukti anak yang disebut “anak nakal”
oleh kebanyakan guru disekolah adalah bukan anak yang betul-betul nakal dalam
kategori mereka, setelah saya dekati pribadinya dengan banyak mengajaknya
sharing kehidupannya dan melihat latar belakang keluarganya saya jadi mengerti
mengapa anak tersebut berperilaku kurang baik bagi sebagian guru dan temannya.
Di luar dugaan saya keesokan harinya anak tersebut mengalami perubahan besar
walaupun hanya kepada saya saja pada awalnya, lama kelamaan dengan berbagai
pendekatan sehingga dia merasa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sesuai
dengan peratuan sekolah. Baru sampai situ saja saya sudah merasa senang sekali
bisa memotivasi anak tersebut, dan kesampingkan dulu pencapaian nilai secara
akademis, karena memang prinsip saya adalah prosesnya bukan hasilnya berupa
angka nilai. Kemudian dari segi situasi pembelajaran di kelas yang saya
ciptakan adalah dengan membuat suasana kelas yang menyenangkan dan jangan
terlalu tegang atau terlalu banyak metode ceramah, selalu mengambil contoh
untuk implementasi materi dari kehidupan nyata yang ada disekitar mereka sesuai
dengan budaya daerah mereka yang mayoritas adalah petani. Selain itu juga
beberapa tayangan video atau visual lainnya membuat mereka tertarik dan lebih
mudah diingat oleh anak, sertakan juga games agar anak merasakan refresh jiwa
raganya saat pembelajaran berlangsung.
Courtesy youtube :
https://www.youtube.com/watch?v=oJMBxoSyeWo&t=10s
Sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat.
Dan setelah saya mempelajari
Modul ini saya semakin bersemangat karena metode yang selama ini saya jalankan
ternyata ada landasannya sehingga semakin memperkuat pedoman saya untuk melaksanakan
pembelajaran yang berpihak kepada anak dan menyempurnakannya dengan dasar-dasar
pemikiran Ki Hadjar Dewantara lainnya.
Pada awalnya di tahun pertama
saya menjadi seorang guru saya dihadapkan dengan situasi pembelajaran yang
menuntut anak untuk memenuhi hasil pembelajaran penuh secara akademis dan harus
mencapai batas nilai tertentu, dengan banyak mengabaikan perilaku anak, latar
belakang anak dan kemampuan dasar anak serta minat dan bakat anak tersebut.
Sehingga saya melihat beberapa anak terbengkalai karena tidak bisa mengejar
ketertinggalannya dalam belajar. Maka dari situ sedikit demi sedikit saya
melakukan study pendekatan yang sudah saya paparkan sebelumnya tadi. Akan
tetapi metode yang saya terapkan itu bukan tidak mengalami pro dan kontra dari
pihak sekolah seperti Kepala sekolah ataupun dari rekan sesame guru yang
berbeda paham dengan saya, banyak suka duka dan anggapan kepada saya karena
saya terlalu berpihak kepada anak.
Akan tetapi setelah saya
mempelajari Modul ini saya semakin percaya diri untuk melanjutkan pembelajaran
terhadap anak sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, dan juga sedikit
demi sedikit juga saya tularkan kepada rekan guru dan semua yang ada di
lingkungan sekolah.
Pada minggu ini pemerintah
setempat sudah memperbolehkan sekolah-sekolah didaerahnya untuk melaksanakan
tatap muka terbatas dengan aturan jumlah siswa dibatasi, tersedianya sarana
kebersihan seperti tempat cuci tangan dan menyediakan hand sanitizer, kemudian
setiap anak memakai masker dan menjaga jarak. Sehingga dengan waktu yang
disediakan secara terbatas ini saya berupaya menerapkan dasar-dasar pemikiran
Ki Hadjar Dewantara tersebut, karena dengan mengenali anak ternyata dapat
menyentuh hati dan perasaan anak tersebut sehingga anak lebih mudah diajak
bekerja sama dan terbuka menyampaikan pendapat dan menyalurkan kreatifitasnya.
Langkah pertama yang diambil
adalah :
1. Membenahi kebiasaan mereka yang
sudah bergeser selama 1 tahun ini karena PJJ yang dilaksanakan tidak bisa
mengukur kemampuan anak apalagi akhlak dan perilaku anak tersebut.
2. Kedisiplinan terutama dalam time
management, mengatur kembali waktu mereka sehari-hari.
3. Tidak mengukur intelegensia anak
dari nilai angka yang diperoleh untuk setiap kompetensi materi, akan tetapi
mempertimbangkan juga aspek anak yang lainnya.
4. Mengkondisikan kelas terbatas
dengan penyampaian yang santai dan membuat anak bahagia dan menyenangkan.
5. Mulai mengenali anak didik satu
per satu contoh dengan memberikan mereka pertanyaan terbuka tentang minat dan
bakat mereka.
6. Dan memulai materi pembelajaran
perlahan dan sesuai dengan dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang sudah
dipelajari.
Dengan begitu besar harapan saya menjadikan anak
didik saya menjadi pribadi yang berakhlak mulia, memiliki budi pekerti yang
luhur, dapat menghargai sesama manusia dengan selalu berpikiran positif dan
memberikan apresiasi yang baik, dapat berkembang menyesuaikan diri dengan
jamannya, mencapai kesejahteraan hidupnya sesuai dengan yang anak tersebut
inginkan, mandiri dan juga bertanggung jawab.
Sekian pemaparan yang bisa saya sampaikan melalui
artikel ini, semoga dapat bermanfaat bagi semua dan apabila ada kekurangan
ataupun kesalahan dengan besar hati saya menerima kritik dan saran yang semata
untuk kemajuan dan pembelajaran saya. Terima kasih atas perhatiannya. Salam
Guru Penggerak – Merdeka Belajar.
Artikel dapat dibaca di :
Komentar
Posting Komentar